Guru Penggerak dan Kotak Kosong

Apa Yang Kurasakan Setelah Banyak Berinteraksi di Komunitas dan Telah Banyak Memberikan Praktik Baik…

Tulisan ini kuperuntukkan untuk diriku sendiri dan pengingat kepada teman-teman yang lain yang telah di akui oleh pemerintah sebagai seorang Guru Penggerak. Saya menyadari bahwa beberapa tahun terakhir ini ada stigma negatif yang menempel dalam fikiran dan tindakanku ketika sedang melakukan kegiatan-kegiatan di event penting di komunitas guru penggerak. Hal ini mungkin juga dirasakan oleh teman-teman yang lain yang saat ini telah berkiprah banyak di komunitas guru penggerak setelah resmi menjadi guru penggerak atau telah banyak memberikan pengimbasan /praktik baik di komunitas atau sekolah.  Manusiawi jika fikiran ini muncul secara tidak sadar karena ujian setiap manusia ketika mencapai titik puncak keberhasilan yang dimana keberhasilan tersebut sulit diraih oleh orang lain, adalah merasa diri lebih baik dari pada orang lain. Dalam kasus ini jika  sudah berhasil menjadi seorang guru penggerak yang tidak mudah di raih oleh guru lain, kadang muncul di fikiran bahwa saya lebih baik dari pada guru biasa… hmmm…

Guru Penggerak Sejatinya Selalu Memiliki Prinsip Gelas Kosong Untuk Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat…

Dalam beberapa percakapan bertemu dengan  pendidik yang notabene nya bukan dari lulusan guru penggerak merasakan bahwa gagasan yang disampaikan oleh mereka kurang mendapat perhatian baik dari saya untuk menjadikan mereka Guru yang memberikan ilmu dalam kotak ilmu saya karena merasa kotak ilmu yang saya dimiliki sudah penuh sehingga gagasan baik itu sulit untuk tersimpan dan malah terbuang begitu saja. Secara tidak sadar ternyata kebiasaan ini akan membuat kita menjadi kerdil di mata Tuhan dan di mata Manusia karena kotak ilmu kita lebih kecil sedang yang lain kotak ilmunya orang lain dua kali lipat lebih besar dari kita karena merasa kotak ilmunya tidak penuh. Padahal salah satu tujuan utama kementerian pendidikan menciptakan program pendidikan guru penggerak adalah untuk menjadikan guru-guru sebagai pemimpin pembelajaran yang  memiliki jiwa semangat menjadi pembelajar sepanjang hayat. Pelajar sepanjang hayat disini adalah selalu berusaha melakukan pengembangan dini, melakukan inovasi, merefleksi tindakan dan evaluasi hasil kegiatan.

Ambisi Mengejar jabatan yang menggugurkan niat awal menjadi seorang guru penggerak…

Manusiawi jika manusia adalah makhluk yang terus ingin mencapai derajat yang lebih baik setiap harinya. Setiap orang punya garis tangan yang berbeda dan momentum yang berbeda saat akan mendapatkan pencapaian derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Namun harus disadari bahwa jangan sampai terlalu sibuk memaksa terjadinya momentum tersebut sampai lupa niat dan nilai awal menjadi seoarang guru penggerak itu mulia, Sehingga niat mulia tersebut terkontaminasi dengan ambisi yang memuncak tersebut…

Di akhir tulisan ini saya merasa bahwa tulisan ini adalah titik balik refleksi yang kurasakan setelah selesai menempuh pendidikan 9 bulan di Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Bulukumba untuk tetap pada jalur yang telah di diatur oleh pemangku kebijakan dan roh pendidikan guru penggerak itu tetap mengilhami cakrawala berfikir dan bertindak dimasa yang akan datang. Terima kasih Telah Membaca Kutipan ini.

Salam dan Bahagja
Riswan Wahab…